Selasa, 03 Juni 2008

Mendapatkan Citra dengan Press Release

Saat ini kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan berbagai saluran informasi semakin tinggi. Praktisi humas juga harus jeli memanfaatkan saluran informasi yang perannya ada pada media massa. Satu-satunya cara untuk itu adalah mampu menulis.
Kesamaan khusus humas dan pers, yakni penyampai informasi. Namun ada perbedaan mencolok antara keduanya. Pers bersifat independen dan selalu melihatnya dalam sudut pandang masyarakat. Sedangkan sifat humas adalah dependent yang selalu melihat dalam sudut pandang lembaganya.

Oleh karena itu, pers kerap memosisikan humas sebagai narasumber primer. Kondisi ini terjadi karena pers pada dasarnya dibatasi ruang terbatas, nilai berita, dan kepentingan pers itu sendiri, yang seringkali berseberangan dengan keinginan apa yang ingin disampaikan Humas kepada publiknya.

Ruang yang terbatas membuat Humas tidak leluasa untuk menjelaskan banyak hal. Sehingga dibutuhkan kemampuan khusus untuk mengarahkan wartawan menulis sesuai dengan subtansi yang ingin disampaikan oleh Humas. Selain itu tidak semua informasi yang disampaikan humas memiliki nilai berita. Sehingga wartawan jelas tidak akan memuatnya.

Nah, untuk menjembatani kondisi tersebut, Humas harus memiliki kemampuan menulis serta memahami definisi berita secara utuh. Jika humas memiliki kemampuan tersebut maka ia bisa leluasa memberikan memberikan pemahaman kepada pembaca dengan luwes dan bijak.

Jika humas menulis maka:
1. Telah membuat saluran komunikasi.
Dengan menulis, informasi akan tersampaikan lebih efektif. Sebab, informasi tertulis akan lebih sistematis, lebih tahan lama, dan lebih mudah dipahami dibandingkan dengan informasi lisan.
2. Membentuk opini publik.
Informasi yang disajikan tidak hanya sekedar untuk memberi tahu. Publik yang mengetahui penjelasan humas akan berubah dalam pola tindaknya.


::Nilai Berita::
Dalam perspektif jurnalistik, tidak semua peristiwa layak untuk dihadirkan dalam berita. Sebuah peristiwa layak dihadirkan melalui halaman media massa jika memenuhi unsur nilai berita, yakni:

1. Aktualitas (timeliness).
Berita, khususnya straight news, haruslah berupa laporan kejadian yang baru-baru ini terjadi atau peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan.

2. Significance (Penting)
Sebuah peristiwa dianggap penting jika peristiwa berpengaruh terhadap kehidupan orang lain.

3. Magnitude (Besar)
Sebuah peristiwa yang mengandung angka-angka yang besar juga mengandung nilai berita yang besar pula.

4. Kedekatan (proximity).
Ada dua hal tentang kedekatan. Pertama dekat secara fisik dan kedua, kedekatan secara emosional. Orang cenderung tertarik bila membaca berita yang peristiwa atau kejadiannya dekat dengan wilayahnya dan juga perasaan emosional berdasarkan ikatan tertentu.

5. Ketenaran (prominence).
Orang terkenal memang sering menjadi berita (name makes news). Bintang film, sinetron, penyanyi, politisi ternama seringkali muncul di koran dan televisi.

6. Dampak (impact).
Sebuah kejadian yang memiliki dampak pada masyarakat luas memiliki nilai berita yang tinggi. Semakin besar dampak tersebut bagi masyarakat, semakin tinggi pula nilai beritanya.

7. Keluarbiasaan (magnitude).
Sebenarnya hampir sama dengan dampak, namun keluarbiasaan di sini menyangkut sejumlah orang besar, prestasi besar, kehancuran yang besar, kemenangan besar, dan segala sesuatu yang besar.

8. Konflik (conflict).
Berita tentang adanya bentrokan, baik secara fisik maupun nonfisik, selalu menarik. Misalnya bentrokan antar manusia, manusia dengan binatang, antar kelompok, bangsa, etnik, agama, kepercayaan, perang dsb.

9. Keanehan (oddity).
Sesuatu tidak lazim (unusual) mengundang perhatian orang di sekitarnya. Bayi super jumbo lahir normal, kembar tujuh, memiliki ukuran fisik yang beda denga yang lain pada umumnya, cenderung jadi berita yang bernilai tinggi.

10. Human Interest
Sebuah peristiwa yang mengandung nilai-nilai kemanusian atau dilihat dari perspektif kemanusian akan memiliki nilai berita.

Faturohman S Kanday, (Redaktur Pelaksana Radar Bogor/Jawa Pos Group)