Jumat, 10 April 2009

Jumat Ke 3 di Situ Gintung

Jumat Ke 3 di Situ Gintung

Subhanallah, Jumat 10 April 2009, aku bisa sholat jumat di Masjid yang tidak tergoyahkan saat Situ Gintung Jebol. Jumat itu adalah Jumat ke 3 paska jebolnya tanggul yang membawa korban tewas 99 orang dan meluluhlantakkan rumah-rumah di sekitarnya.

Saya juga sempat berpelukan dengan Miftah, yang saat jebolnya tanggul dia lagi adzan shubuh di Masjid Jabalurrahman. Ya Adzan subuh yang tidak tuntas. Sebab, sampai pada lafadz Hayya Allasholla....dan mau melanjutkan ke Hayya Allalffala... suara gemuruh dari arah tanggul terdengar, air pun mulai masuk dan dia berlari ke tempat yang lebih tinggi.

Begitu juga dengan Romli,yang biasa menjadi imam di masjid tersebut. Saat itu, dia lagi ambil wudlu untuk siap-siap sholat. Melihat teman-temannya lari ke atas, Romli ikut naik meninggalkan masjid yang mulai dikerumuni air.

Miftah, Romli dan dua rekannya yang lain yakni Wisnu dan Iskandar adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri (dulu IAIN) Jakarta, mereka memang tinggal di lantai 2 Masjid. Tiap hari, jika tidak ada kuliah mereka ngajar ngaji sekaligus ngurus masjid itu.

Semua pengurus masjid dan orang-orang yang biasa bangun pagi untuk sholat subuh di masjid itu selamat. Termasuk Masjid Jabalurrahman.

Di Jumat ketiga setelah tragedi tersebut, Masjid Jabalurrahman sudah terlihat rapi. Dinding, atap, pintu sudah dicat ulang oleh para relawan. Bahkan, buku-buku dan AlQuran yang dulunya hilang sudah diisi kembali oleh Cut Putri, dari Yayasan Gema Al Qur'an.

Saya sendiri bersama pengurus ICMI Orwil Bogor yakni Prof Dr Bintoro (Ketua ICMI Bogor), Abidin Said (salah seorang komisaris bank sariah), Rais Ahmad (mantan rektor UIKA yang juga besannya Pak AM Saeffudin), Suherlan ( Ketua Majelis Sinergi Kalam ) menyumbang ala kadarnya. Bentuknya sih uang tunai yang dikumpulkan dari pengurus ICMI.
Semuanya berharap agar korban Situ Gintung cepat pulih, dan bagi yang meninggal semoga arwahnya diterima disisinya.
(affandi)

2 komentar:

Anab Afifi mengatakan...

Mas Afandi, sayang ceritanya tidak tuntas. Kalau bisa dieksplorasi lebih jauh dalam bentuk feature yang story telling, itu pengalaman menarik sekali, bagaimana anak-anak muda yang selamat itu karena senantiasa menjaga sholat mereka dan mengajar ngaji.

Bisakah ditulis lagi dalam angle yang baru?

Dengan demikian, tulisan Anda ini benar-benar akan membawa berkah sebagaimana yang Anda inginkan.

Salam

affandi mengatakan...

Tulisan yang berbentuk feature ada di Tabloid Sundaurang (diterjemahkan dalam bahasa Sunda). Mas.